Bertahan Hidup di Dunia IT Ala Konoha
5 Tahun Jadi Developer: Bertumbuh atau Tersingkir?

🧭 5 Tahun Jadi Developer: Apa yang Benar-Benar Saya Dapat?
Tanpa terasa, sudah lima tahun saya menyelami dunia software development.
Mulai dari semangat membara di startup kecil, ritme kerja cepat di software house, hingga akhirnya memilih jalan freelance developer.
Semua ini saya jalani dari sudut kecil di negara konoha. Jadi, tantangan yang saya hadapi pun nggak biasa. Di sini, saya harus berhadapan dengan:
- Gaji yang belum sebanding dengan beban kerja
- Klien lokal yang minta murah, tapi ekspektasinya langit
- Budaya kerja yang kerap menomorduakan hak-hak pekerja digital
❄️ Musim Dingin Teknologi: Persaingan Semakin Brutal
Beberapa tahun terakhir, dunia teknologi—termasuk di negara konoha—dihantam gelombang yang disebut Tech Winter.
Investor makin pelit, startup berguguran, dan perusahaan besar mulai merampingkan tim. Dampaknya?
- Posisi entry-level makin sulit ditembus
- Junior developer seperti saya dulu, sering kali mentok
- Freelancer makin terdesak karena tekanan harga dari segala arah
Di tengah tekanan itu, kesehatan mental jadi taruhan. Terutama buat orang-orang yang tinggal di kota besar, biaya hidup tinggi, tapi proyek masih dibayar “harga teman”.
🕳️ Magang Tanpa Arah & Gaji yang Nggak Sebanding
Beberapa waktu lalu saya nonton video YouTube di channel Ferry Irwandi bareng Ferry Irwandi, yang ngebahas soal praktik magang dan kondisi buruh digital.
Langsung kebayang masa lalu saya:
- Magang berbulan-bulan, tapi status digantung
- Dijanjikan “nanti diangkat ya”, tapi nggak pernah jadi kenyataan
- Dapat gaji pas-pasan, tapi kerjaan segunung
Dan semua itu terjadi di negara konoha, bukan di luar negeri. Ini bukan kasus langka — ini realita banyak pekerja digital di negara konoha.
🧾 Ketika Harus Rela Potong Harga Demi Bertahan
Sebagai freelancer, saya pernah beberapa kali turunkan rate demi bisa survive dan dapet klien.
Waktu itu saya mikir:
“Yang penting dapet kerjaan dulu.”
Tapi nyatanya:
- Harga rendah bikin capek sendiri
- Klien yang pelit biasanya juga paling ribet
- Turunin harga tanpa batas = ngerusak ekosistem
Dari situ saya belajar untuk menilai waktu dan skill saya dengan lebih bijak. Karena kalau bukan kita yang kasih harga ke diri kita, siapa lagi?
✍️ Pelajaran Terbesar Setelah 5 Tahun
Dari perjalanan ini, pelajaran paling berharga justru bukan soal teknis, tapi:
- Tau kapan harus bilang “tidak”
- Milih proyek dan lingkungan kerja yang sehat
- Menjaga kesehatan
🔚 Terlepas dari itu semua…
Meski banyak tantangan, saya nggak pernah nyesel masuk ke industri ini.
Dunia teknologi masih punya banyak potensi, asal kita tetap kritis dan sadar bahwa kita bukan cuma “tools” yang bisa dipakai dan dibuang.
Kalau kamu juga lagi di jalan ini, mungkin satu-satunya hal yang perlu diingat adalah:
Jangan berhenti tumbuh. Tapi juga jangan biarkan dirimu dimanfaatkan.